Jumat, 20 November 2015

CURAHAN KEGIATANKU

KARYA : Fitriana Nur Hidayah 
CURAHANKU
Waktu jalannya cepet banget ya..?? Baru tadi pagi bangun tidur udah  masuk waktu dzuhur aja, waktunya melaksanakan ibadah wajib. Kegiatan lainnya tinggalin aja dulu sebentar. Selesai ibadah wajib lanjut lagi kegiatan yang belum selesai yang sempat tertunda tadi.  Emm.. jadi tambah banyak deh kegiatannya. Sampai-sampai bisa dibuat cerpen kayak begini. Kehabisan kata dan kalimat untuk ngelanjutin cerpennya. Tugas yang tadi belum selesai ditinggal lagi, disambung tugas berikutnya.
Minggu, 11 Oktober 2015,
Uuhh… hari minggu jadi hari yang paling sibuk dan banyak tugas persiapan untuk besok senin sekolah. Hari senin lagi hari sangat tertib. Ya taulah hari senin hari yang bbanyak kegiatan dan wajib dilaksanakan. Yaa upacara bendera. Iya upacara bendera harus di ikuti seluruh siswa-siswi dan karyawan, Guru, tapi tidak dengan Cleaning Servise. Ya setiap upacara bendera dilaksanakan tidak ada Cleaning Servise yang ikut. Lain lagi dengan petugas PMR. Hanya beberapa yang mengikuti upacara bendera, berpikir sedikit demi sedikit untuk ngelanjutin cerpen. Eeh udah ada panggilan ibadah lagi, waktu asar , nah… ditinggal lagi tugasnya. apalagi besok hari senin semua mapel ada tugas selain agama. Tetapi agama rencana remidian ya tugasnya belajar. Sejarah  , remidian, bahasa Indonesia ada PR yang harus dikerjakan dirumah, matematika remidian, berasa memikul beban yang berat.
****
Masuk waktu maghrib !!! nonton televisi sebentar biar nggak penat fikiranya. Habis sholat maghrib nonton televisi, kerjain tugas lagi, kenapa seorang murid terbebani ketik ada tugas yang harus diselesaikan? Ketika ada ulangan dadakan juga siswa merasa gelisah takut inilah takut itulah takut remidilah apalah. Dan harus deadline belajarnya. Tapi ada juga yang nggak terlalu diambil pusing gitu, kalau remidi yaa remidi aja , tidak remidi ya Alhamdulillah. Akhirnya waktu ibadah wajib datang lagi ,masuk isya broo.. yang artinya “sebentar lagi harus istirahat persiapan besuk pagi”.
Mana tugas-tugas yang ada belum selesai semua lagi. Ini nih yang kadang bikin ribet nggak karuan. Nggak bisa mengatur waktu . huh saking penatnya fikiran aku memutuskan untuk meninggalkan tugas yang tergeletak manis diatas tempat tidur. Cusss… tancap gas on the way ke Dava Phone cari micro SD, jalan-jalan mampir ke indomart ambil makanan , bayar kekasir, pulang. Sampai dirumah ketok pintu, tak lupa satu kalimat yang terucap “assalamualaikum “ jawaban yang sempurna adalah “waalaikumsalam”. Berhenti sejenak di depan televisi buka makanan . setelah habis makanan ,masuk kamar. Ada sesuatu yang membuatku terbelalak. Setumpuk tugas yang nyaris utuh belum satupun terselesaikan. “malas melanjutkan”, gumamku dalam hati. Lalu akupun menjatuhkan diri diatas tempat tidur menarik selimut dan jalan-jalan ke alam mimpi”.
***

Senin, 12 Oktober 2015
Seninn…. Hari istimewa dan juga membosankan. Hari dimana seorang siswa-siswi harus berangkat lebih pagi. Jika terlambat, siap saja berbaris di tempat VVIP, depan ruang Tata Usaha. Tapi, seninnya minggu ini beda dari seninnya minggu kemarin. Hari ini tidak diadakan kegiatan upacara, tapi bisalah hari lain. Taulah di SMK NEGERI 1 WONOSARI tiap tanggal 17 selalu upacara. Akau berharap hari senin cepat berlalu karena memang membuat bosan gitu-gitu aja jadwalnya. Ditambah dengan banyaknya tugas..!!! gilaa hari ini tugasnya ada semua untuk hari senin dan harus segera selesai. Mana tadi malem nggak ada yang dikerjakan slah satu dari tugasnya sampai selesai. Tugasnya yang tadi malem aku kerjain belum semuanya selesai.
Ahhh….. sudahlah lupakan dan nggak usah dipikir terlalu berat, enjoy santai aja. Sekolah di SMK NEGERI 1 WONOSARI emang gitu tugas banyak pulang nggak pernah pagi selalu pulang sore, sore, sore. Tata tertibnya berat, nggak pernah libur. Yang sekolah lain libur, SMEA masuk. Itulah hebatnya SMKN 1 WONOSARI !!!!! siap-siap mental pokoknya!!! Semoga seninnya cepat berlalulah dan menyambut hari selanjutnya. Hahahaah…
Selasa, 13 Oktober 2015

Yeayy selasa,.. seninnya sudah berakhir kawan  tapi hari selasa kok juga membosankan ya?? Jam pertama sampai ketiga aja yang enak. Selanjutnya huahhh.. bikin mengantuk. Habis istirahat perut kenyang pelajaran bikin ngantuk.deh sampai akhir pelajaran. Giliran hamper bel pulang aja semua pada melek dan  seneng. Pelajaran hari ini itu; IPA, Agama, Pola Busana, Pengantar Pariwisata yang sungguh melelahkan. Jam menunjukkan pukul 06.20 siap berabgkat sekolah. Soalnya Pak Ari Himawan biasanya sudah on time sebelum jam 7 atau bel masuk berbunyi. Jadi ya sudah masuk kelaslebih pagi. Bedanya sama pelajaran jam kedua pelajaran paka Wahyudi Syakuri!!!! Pak Wahyudi orangnya nggak pernah on time , tapi lebih sering telat dan memperpanjang waktu. Misalnya pelajaran 1jamnya 45 menit, nahh si Pak Wahyudi ini datangnya 5 menit setelah bel berbunyi. Nahhh telatkan Pak Wahyudinya!!. Terus memperpanjang waktu missal ketika waktunya habis 45 menit, masih aja stay dan bahas apa itu nggak jelas dikelas sampai kurang lebih 10-30 menitan.

MMISTERI RUANGAN H13

KARYA : Sela Febriastuti

Ini kisah nyata, dan benar-benar sudah terjadi. saya pun yang sudah mengalaminya.Lokasi di SMK NEGERI 1 WONOSARI. Pada saat saya kelas XI tahun ajaran 2015/2016....

MISTERI RUANGAN H13
Rabu, 09 September 2015
ari Rabu ini dari saat aku berangkat sekolah pagi itu. hari itu. Aku harus menunggu kakakku untuk berangkat bersama dengannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.40 menit. Setelah sampai di sekolah aku duduk di belakang dengan temanku yang bernama Ami. Karena saat itu teman sebangkuku tidak masuk jadi aku duduk dekat Ami. Dan pada hari itu jam bel berbunyi tepat pukul 07.00. jam pelajaran pertama adalah pelajaran olahraga. Kemudian kami segera bergegas untuk berganti pakaian olahraga di lapangan.
Hari ini olahraganya sangat melelahkan tetapi menyenangkan. Tidak terasa jam pelajaran pertama telah habis, lalu kami kembali ke kelas segera berganti pakaian dan melanjutkan pelajaran kedua. Pelajaran kedua adalah pelajaran Seni Musik. Tetapi ternyata gurunya tidak masuk kelas jadi ada tugas. Tugasnya hanya mencari midi lagu. Tohh.. kami hanya bernyanyi-nyanyi nggak jelas sampai terdengar keras sekali saking semangatnya. Karena sedaqng latihan nyanyi buat penilaian minggu depan. Sehingga kami hanya disuruh mencari midi lagu yang akan dinyanyikan minggu depan. Bel istirahatpun berbunyi, segera kami jajan dan makan, setelah perut kenyang kami segera melanjutkan latihan nyanyi.
Jam pelajaran kedua usai. Masuklah ke jam pelajaran ketiga yaitu pelajaran Bahasa Indonesia, tapi ternyata gurunya tidak masuk kelas dan jadi hanya diberi tugas. Tohh kami mengerjakan dan sambil terus diiringi iringan music dari mp3 salah satu teman dan mendengarkan music sembari bernyanyi-nyanyi nggak jelas. Waktupun bergulir cepat. Matahari sudah mulai panas dan terik dan kami semua sudah merasa sangat lelah. Dan tak lama adzan Dzuhur berkumandang. Aku dan teman-teman yang lainnya bergegas untuk melaksanakan sholat dzuhur di mushola sekolah. Saking ramenya kami harus menunggu giliran kloter selanjutnya.
Setelah sholat dzuhur selesai kami kembali ke kelas. Bel masukpun berbunyi kami da teman-teman yang lain masuk ke kelas kami masing-masing utuk melaksanakan pelajaran jam terakhir yaitu Dessain Busana. Dan pada pelajaran tersebut diampu oleh KKN UNY yang sedang PPL di sekolah SMK n 1 Wonosari. Ia adalah Mas Pramanda. Dan pada saaat itu aku dan temanku sudah berencana untuk makan di dalam kelas agar tidak mengantuk karena kami duduk dibangku paling pojok belakang sendiri dekat pintu pembatas antara kelas lain yang waktu itu kelas sebelah itu tidak di pakai dan kosong. 
Semua siswa tenang dan menyimak dengan baik yang yang sedang diterangkan. Tiba-tiba aku dan temanku mendengar suara pintu ditutup dan membuka sendiri tapi tidak terlalu terdengar jelas. Tanya Ami kepadaku.
“Sel.. suara apa itu tadi ?”. tanyaku kepada Ami.
“angina mungkin Mik,!” jawabku singkat.
Tapi ternyata suara itu terdengar lagi, tapi kali ini suaranya sedikit terdengar jelas. Kemudian temanku yang duduknya berada didepanku bertanya.
“ada apa kok polah.!!” Tanya Akhira.
“ada setann….!!!!” Jawabku dengan Ami serentak.
Tetapi semuanya tidak percaya padahal aku dan Ami sudah merinding bulu kuduk kami berdiri semua. Sejak jam bel masuk setelah istirahat dan sholat tadi aku sudah merasakan hal itu tapi teman-temanku tidak percaya dikiranya aku lebay,alaylahh… tapi makin lama makin lama perasaanku tidak enak. Kemudian terdengar pintu itu membuka dan menutup dengan sendirinya tanpa ada hembusan angina apapun.dan di dalam kelas sebelah itupun tidak ada siswa yang menempatinya.
Karena aku dan temanku sudah tidak nyaman dan merasa ketakutan, akhirnya kami berdua pindah tempat duduk saat guru pembimbing sedang keluar sebentar. Sesaat gurunya sudah masuk lalu menyuruh siswanya untuk berdiskusi tentang pelajaran tersebut. Temanku yang bernama Nada ingin mengambil sesuatu di dalam tasnya atau mau saat mau menutup pintu itu. tiba-tiba Doooorrrrr…….!!!!!!!!!!! Pintu itu menutup dengan keras dengan sendirinya padahal saat itu tidak ada angin kencang. Dan mustahil juga jika ada angina mungin pintu itu tidak akan menutup dengan sangat keras. Lalu kami panic dan berteriak dan berlari ke ruang kelas. Dan ibu-ibu yang sedang ada di kantin kemudian menghampiri kelas kami, “ada apa??”. Kami menjawab ada setan. Lalu ibu itu menyuruh kami untuk menutup pintu tersebut dan menguncinya saja. Tapi dari kami tidak ada yang berani, dan kemudian ditutup oleh Mas Pram dan dijaga Mas Pram untuk supaya tidak terjadi apa-apa. Dan saat kejadian itu kami sudah tidak nyaman lagi untuk belajar di kelas tersebut.
Pikiran kami sudah tidak karuan dan tidak focus ke pelajaran yang sedang diajarkan. Sampai-sampai aku tidak mencatat tuga yang diberikan, bahkan buku temanku sampai sobek da nada yang menangis saking paniknya. Kamipun hanya memikirkan kapan pulang, pengen cepat-cepat pulang. Dan tidak lama bel pulangpun berbunyi kami segera bergegas keluar kelas dengan rebutan dan desak-desakan karena saking takutnya. Dan pada keesokan harinya…

~SELESAI~

MIMPIKU


KARYA : Yuli Lestari

MIMPIKU
Ada saatnya dalam hidupku aku ingin sendiri bersama angin menceritakan semua rahasia lalu meneteskan air mata. Duduk sendiri, ditempat yang sepi, mendengarkan angin yang berbisik-bisik ditelingaku. Berbisik tentang kehidupan. Kehidupan yang masih kosong. Ada sesuatu yang kurang dalam hidup ini, tapi apa? Entahlah.......Aku belum menemukannya. Didalam otakku  aku ingin berguna untuk bangsaku sendiri. Tapi apa yang bisa aku lakukan?? Prestasi, tapi aku bukan anak yang berprestasi, belajar selama ini aku sebagai pelajar juga sudah menjalankan kewajibanku. Tapi tetap saja masih ada yang kurang, aku merasa aku anak yang tidak berguna untuk bangsaku sendiri.
“Lalu apa?????”tanyaku dalam angan. Baru kali ini aku merasa galau yang berlebihan. Dan baru kali ini juga fikiran dan hatiku bisa kompak, biasanya selalu bertentangan.
“Ras, masuk udah malam nggak baik anak perempuan malam-malam di luar” suara mama yang membuyarkan lamunanku. “Angin malam nggak baik buat kesehatan kamu” lanjutnya.
” Iya ma bentar” langkahku yang lemas.” Sudah sana kekamar tidur ini sudah malam, besok sekolahkan?” sambungnya lagi.
Walaupun sudah dikamar aku tidak langsung tidur. Aku masih melanjutkan lamunanku. Didalam hatiku aku masih bertanya-tanya dengan cara apa aku bisa menjadi anak yang berguna bagi bangsaku. Jam menunjukkan pukul 11.00, tetapi aku belum juga bisa tidur. Dengan langkah perlahan aku keluar dari kamar untuk menengok kamar Mama, apakah ia sudah tidur atau belum. Untung saja Mama sudah tidur, jadi aku bisa menonton acara televisi.
Aku pun berjalan perlahan menuju ruang keluarga, agar tidak terdengar langkah kaki ku. Sampai di sana, aku pun langsung menyalakan televisi, dengan menekan tombol power. Entah kenapa acara di televisi itu hanya menayangkan acara berita yang jelas-jelas aku membencinya. Aku bergumam sendiri, kenapa setiap acara di televisi hanya menayangkan udah berita politik. “ Aku benciiiiiiii”, tak sadar aku setengah berteriak di keheningan malam ini. Aku pun membungkam mulut ku karena sudah berteriak tak jelas seorang diri. Aku pun memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi, saat aku hendak mematikan televisi muncul berita tentang kebakaran di Riau. Dengan langkah perlahan aku menarik kembali langkah kaki ku untuk duduk.  Akupun menyaksikan acara tersebut hingga akhir.
Sedikit penyesalan terbayang dalam benakku, tidak semua acara di telivisi hanya menayangkan berita politik. Hingga aku tak sadar aku berbicara sendiri “Andaikan aku menyaksikan acara itu lebih awal, pasti aku akan mendapatkan informasi yang menarik”. Dengan hati yang sedikit kesal akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Ku tarik selimut sampai menutupi seluruh badanku sampai dengan wajahku. Aku mencoba memejamkan mata. Tapi masih terbayang-bayang dengan keadaan di Riau. Sampai terbesit didalam benak ku “Apakah ini jawaban dari semua pertanyaanku selama ini?”.
****
Sampai hari Senin itu datang. Saat Bapak Kepala Sekolah memberikan amanat dan mengumumkan siapa saja yang ditunjuk untuk menjadi relawan untuk dikirim ke Riau.Dan ternyata aku adalah salah satunya. Hati ini senang sekali “Mungkin dengan ini aku bisa berguna untuk bangsaku”.
Hari itupun datang. Hari dimana aku dan ketiga temanku dikirim ke Riau untuk menjadi relawan disana. Kita tidak hanya berempat tapi ada banyak anak-anak yang dikirim menjadi relawan juga dari sekolahnya. Kita ke Riau naik pesawat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 14 jam dan sangat melelahkan akhirnya kita sampai di tanah Riau.
Sampai disana hati ini rasanya seperti disayat-sayat. Mata ini tak kuat menahan air mata. Keadaan di sana sangat memprihatinkan. Angin yang datang membawa segerombolan asap. Membuat dada ini sesak, tidak bias bernafas. Pohon-pohon yang hangus terbakar, anak-anak yang tidak bisa sekolah, tidak bisa bermain dengan leluasa. Seakan-akan mereka dikurung dalam kandang yang tidak bisa keluar. Hewan-hewan yang meninggalkan habitat aslinya, malah banyak yang meninggal, karena kebakaran hutan itu.
 Jujur yang awalnya aku begitu semangat untuk datang kesini, kini semangatku tiba-tiba hilang. Rasanya aku ingin pulang, bertemu mama dan papa. Tapi setelah aku fikir-fikir, “apa gunanya aku datang kesini kalau aku belum bisa berbuat apa-apa”. “Apa yang bisa aku ceritakan sampai dirumah kalau aku sendiri tidak tau apa yang terjadi disini”. Aku malu dengan anak-anak itu. Dengan riangnya mereka tertawa lepas seakan-akan tidak terjadi apa-apa.  Aku mulai bisa menyesuaikan diri. Aku berbaur dengan masyarakat disana dan para relawan yang datang lebih dulu. Mencoba menghibur mereka, dan membantu sebisaku.
“Apa ibu betah tinggal disini kalau keadaannya seperti ini, dan apa ibu tidak berniat untuk pindah ketempat yang lebuh nyaman?”. Tiba-tiba kata-kata itu muncul dari mulutku. Dan jawabannya beragam. Ada yang bilang betah tapi ada juga yang bilang udah nggak betah. Tapi kalau mau pindah belum ada biaya.
Tapi ada satu jawaban yang buat hati ini berdebar-debar “saya betah tinggal disini walau bagaimanapun keadaannya, karena disini tempat lahir saya dan saya dibesar disini ini adalah tanah airku, aku akan selalu ada bagaimanapun keadaannya”.
“Karena saya yakin dibalik kejadian ini pasti ada hikmahnya, dan saya yakin semua orang Indonesia memiliki sikap yang baik”.
Mungkin itu salah satu wujud sayang mereka terhadap negaranya yaitu Indonesia.  Mereka tidak ingin meninggalkan tanah airnya walau bagaimanapun keadaannnya. Tapi tidak semua masyarakat berfikiran yang sama.”Seandainya saja.” fikirku. 
Keesokan harinya setelah mengunjungi masyarakat yang didominasi ibu-ibu, sekarang giliran saya mengunjungi anak-anak. Anak-anak itu bermain dengan riangnya seakan-akan tidak terjadi apapun disana. Mungkin itu salah satu penyemangat aku waktu disana. Tapi dibalik tawa anak-anak itu tersimpan sejuta derita yang tidak mereka ungkapkan terang-terangan. Aku bisa melihat dari raut mata mereka. Saat aku datang menghampiri mereka, terpancar dari matanya yang beranggapan aku bisa merubah semuanya menjadi lebih baik. Tapi sayangnya apa yang bisa aku lakukan, aku hanyalah relawan yang tidak punya apa-apa.  Tapi mungkin bukan itu yang mereka inginkan melainkan kita harus tetap tertawa, membantu mereka, memberikan semangat, dan bantuan yang bias kita lakukan untuk mereka.
Hati ini semakin miris saat aku melihat ada dua anak perempuan yang berdiam diri dibawah pohon. Membawa kertas dengan tinta hitam.
“Hai apa yang kalian lakukan disini?” tanyaku. “ Kita bingung kak, gimana caranya kita bisa berikan surat ini untuk bapak Presiden.”jawabnya. Dan sseaat aku buka surat itu dan membacanya.
Untuk yang terhormat Bapak Presiden Bapak H. Jokowi.

Kami adalah anak-anak dari Riau memberikan surat ini dengan tujuan
agar Bapak Jokowi bisa dengan cepat menangani kebakaran di Riau ini.
Kami ingin bisa belajar, bermain seperti biasanya tanpa terhalang kabut asap.
 Kami ingin pemerintah segera menangkap pelaku-pelaku yang
 membuat kebakaran hutan disini. Tolong kami Pak…
Terima kasih atas perhatiannya.

Anak-anak Riau,

Itu isi surat yang mereka tulis. Tiba-tiba mataku basah. “kalau kakak bantu mau nggak” tawarku.” Pastinya maulah kak” dengan semangatnya.
            Keesokan harinya aku mengajak anak-anak itu kekantor pos untuk mengkirim suratnya. Semoga saja berhasil dan cepat bisa dibaca Bapak Presiden. Setelah itu kita kembali ke rumah Bapak Lurah yang dijadikan tempat untuk masyarakat mengungsi. Disana kami membantu mereka yang sakit mengenai pernafasan.
Aku merasa aku bisa berguna untuk tanah airku kali ini. Walau apa yang aku lakukan belum seberapa. Tapi setidaknya aku sudah berusaha. Dan terjawablah sudah pertanyaan ku selama ini.
Tapi sayangnya waktuku di sana hanyalah sebentar. Baru seminggu disana aku dan teman-temanku yang membantu kesana sudah ditarik pulang dan meneruskan sekolah kita. Rasanya aku belum ingin pulang tapi walaupun aku jauh dari sana aku akan tetap mendoakan kalian. Perpisahan itu dihiasi dengan  tangisan haru dan dibanjiri air mata.

Pesanku untuk anak-anak disana ”tetaplah semangat, jangan lupa tersenyum dan jangan pernah berniat untuk meninggalkan tanah kelahiran kalian. Harumkan nama bangsa kalian bangsa INDONESIA dan terus cintai Negara kalian Negara INDONESIA”. 

APAKAH TUHAN MARAH PADAKU ???

KARYA : Tika Nurlaini

APAKAH TUHAN MARAH PADAKU ?? 
Cerita ini merupakan sebuah kisah nyata yang dialami oleh seseorang yang lahir dari keluarga yang sederhana dan ia merupakan Puteri pertama yang lahir dalam keluarga itu. Dari kecil ia dirawat oleh kedua orang tuanya, ia sangat bahagia dan sangat polos, dia sangat lugu, dia belum tahu tentang kehidupan, yang dia tahu hidup hanya untuk bermain.Suatu hari ia diajak pergi oleh ayah dan ibunya, perjalanannya jauh sekali sampai ia pun heran mengapa membawa barang–barang banyak sekali. Entah akan dibawa kemana ia, tetapi yang ada dipikirannya saat itu hanya bersenang – senang dengan kedua orang tuanya. Saat berada didalam bus, ia bertanya kepada ibunya“ mamah kita mau kemana?” lalu ibunya pun tersenyum kepada anaknya dan mencium keningnya sambil memeluknya erat. Ibunya pun menjawab sembari menenangkan anaknya “ kita mau kerumah nenek dan kakek, kamu pasti seneng disana, disana bakalan banyak teman–teman”, lalu anaknya bertanya lagi“ kenapa kita harus kesana ? disini aku punya banyak teman juga” katanya polos.
Ibunya pun tersenyum sambil membelai rambut anaknya dan berkata“ kamu disana juga akan sekolah, sudah ayo bobok besok kalo udah sampe mama bangunin”, ucapnya sambil mencium kening anaknya, dan ayahnyapun berpaling muka menyembunyikan wajah yang merah padam supaya tidak terlihat oleh anaknya.
Dalam benak ayahnya, ia mulai berfikir bagaimana bila anaknya sudah tumbuh dewasa dan mulai mengerti arti perceraian? ia mulai memejamkan mata dan tanpa disadari air matanya mulai turun begitu saja tanpa seizinnya. Pukul 06.00 pagi nya mereka tiba dipulau jawa, Provinsi Yogyakarta. Ibunya pun membawa tas kecil dan menggendong puterinya dan ayahnya menurunkan tas bawaannya dari dalam bus. Anaknya pun terbangun dan heran dimana ia sekarang. Lalu iapun bertanya ”bapak kita dimana? Kok banyak motor?” Tanya si putri. Lalu ayahnya pun menjawab “kita udah di Jogja saying, bentar lagi sampai rumah kakek dan nenek.”
Sampai disebuah  rumah dengan jalan yang menanjak secara asing bagi ia melihat pemandangan yang sangat luas penuh dengan pepohonan tetapi sedikit rumah. Ia berpikir bagaimana ia punya teman banyak disini,?. Tak lama kemudian keluarlah seorang wanita dengan tergopoh-gopoh sambil membawa serbet. Ayahnya pun menyalaminya dan berkata pada putrinya kalau dia nitu neneknya, kemudian wanita itu menggendongnya dan menciumnya sambil berkata,” cucu nenek canti sekali.”
Kata-kata itulah yang ku ingat saat setelah ayah dan ibuku berpisah dan kini aku tau bahwa aku salah telah lahir di dunia ini. Karena ayah dan ibuku bercerai dan aku sangat menyesalinya dan kesal pada diriku sendiri.
Saat ini aku sudah kelas 5 sekolah dasar dan tetangga serta guruku banyak yang bertanya mengapa orangtuaku jarang dating ke Jawa untuk sekedar menenggokku dan nenekku. Tapi aku hanya diam saja entah apa yang ada di pikiranku. Yaa.. ini adalah kisah hidupku dalam benakku mungkin aku berpikir bahwa akulah anak yang paling sengsara tapi  entah benar atau tidak tapi yang jelas aku merasa aku sangat sengsara karena kurang kasih saying dari orangtuaku setelah 14 tahun lamanya. Lebih dari ayah dan ibuku bercerai dan aku kini sudah berusia 16 tahun lebih pula. Aku hanya bertemu ayahku satu tahun sekali. Itupun saat lebaran atau saat kakekku dirawat di rumah sakit karean sakit batu empedu. Dan untuk terakhir kalinya aku bertemu ibuku hanya waktu kelas 2 sekolah dasar, ia selalu menemaniku dan saat ini aku sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi.
Entah mengapa saat aku kelas 2 SMK aku merasa hidupku semakin tidak benar. Saat aku menyaksikan dan memperhatikan teman-temanku aku merasa iri dan merasa bahwa hidupnya lebih beruntung daripada aku. Mereka yang masih bisa berkumpul dengan kedua orangtuanya, merasakan kasih saying mereka, hangatnya pelukan dan keharmonisan dalam satu keluarga yang utuh, perhatian darinya, sedangkan aku???? Aku sama sekali tidak pernah merasakan itu semua. Ketika ayahku pulang saaat lebaranpun ia hanya memberikanku uang untuk keperluan sekolahku dan tanpa berbicara apapun.
Saat aku melihat teman-temanku bertanya padaku seperti ini. “ehh.. kemarin kamu lebaran kemana sama orang tuamu??” seakan hatiku sakit dan serasa ingin menagis dan berteriak sejadi-jadinya dan meras sangat malu. Saat itu juga aku bertanya kepada driku sendiri,”hanya ada nenek di rumah”. Saaat kejadian itu meras aku orang yang paling sedih di dunia ini.
Aku tak tau Ibun kandungku tidak pernah menengokku dengan keadaan anaknya yang seperti ini. Aku sangat sedih dan aku berpikir apakh mungkin ia sudah lupa denganku??. Mungkin juga begitu ia sudah punya keluarga baru yang lebih harmonis. Aku sempat berpikir bahwa dia sudah menganggapku tiada karena samapi detik ini pun sama sekali tidak pernah ada telekomunikasi dengannya. Terakhir kalinya aku komunikasi saat akan menjelang Ujian Nasional SMP. Setelah itu sama sekali tidak. Akhirnya aku genap berusia 17 tahun, bahkan tidak ada yang tahu bahwa hari ini adalh hari ulang tahunku yang genap berusia 17 tahun. Yang seharusnya tanggungjawabku lebih besar. Hanya teman-temanku saja yang tau selain itu tidak ada. Bahkan kakek-nenekku saja tidak tau kalau hari ini adlah ulang tahunnku.
Ad teman sebangku bertanyapadaku,”Selamat Ulang Tahun yaa. Wahh dapat hadiah apa dari ayah dan ibumu???.”tanyanya oadaku. Aku tersentak kaget dan membalasnya dengan senyuman tanda mengakhiri pembicaraan tentang masalah orangtuaku. Hatiku seakan rasanya sangat sesak sekali saat pertanyaan tadi ditujukan padaku. Mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada diriku sampai sekarang. Bahkan orangtuaku tidak mengucapkannya sama sekali. Mereka tidak tau apa kalau hari ini adalah hari bahagiaku, tapi itu berbanding terbalik dengan perasaanku. Apakah mereka tidak berpikir untuk mengucapkannya meskipun lewat telepon atau sms saja, apa mereka tidak bisa meluangkan waktunya untukku??. Apakah meraka bahkan lupa pada anaknya sendiri??. Bahkan ayahku tidak tau tanggal lahirku, aku sempat miris saat dulu ia ditanya tanggal lahirku, beliau menjawab lupa.
Aku berpikir aku sudah dilupakan oleh mereka, apakah aku sudah tidak di anggap anaknya. Kehidupanku semakin kacau saat kejadian itu dan aku berharap aku lupa dengan masa laluku yang kelam ini. Karena aku sudah membuat Tuhan marah pada diriku akibat kelakuanku selama ini. Aku jadi jarang bersyukur dan meminta bantuan kepada Tuhan. Aku terus larut dalam kesedihan sampai akhirnya aku mengalami kecelakaan yang sangat parah. Hingga akibatnya mataku harus dioperasi dan mencari pengganti mataku dari pendonor.


Setelah aku sadar semua yang aku lihat gelap semua, entah kenapa apakah mati lampu atau sengaa dimatikan. Aku mendengar ada isak tangisan seseorang saat itu aku baru tersadar bahwa aku itu buta, kini aku tidak bisa melihat pemandangan yang indah lagi, teman-teman dekatku dan orang-orang sekitarku. Dan akupun terdiam menyembunyikan air mataku supaya tidak keluar. Dan saat itupun  aku terbangun dari mimpi burukku, untung hanya mimpi aku berpikir itu sungguhan. Mungkin Tuhan mengingatkanku agar selalu berusaha dan bersyukur meskipun orangtuaku tidak ada disampingku tapi Tuhan selalu disamping menemani hari-hariku dan aku akan memulainya dari nol.

Sabtu, 07 November 2015

SAYAP PUTIH


SAYAP PUTIH


KARYA : Hannifatu Aisyah F.N

ingatku tak lepas tentangnya. Mata coklat yang teduh memberikan kenyamanan dan senyum tulusnya yang selalu menggambarkan kebesaran hatinya. Sungguh hatiku melayang membayangkan jika ia bak bidadari yang dianugrahkan Tuhan untukku. Yah… ia adalah periku. Kebaikannya, ketulusannya, kasih sayangnya dan semuanya seolah ia tumpahkan padaku. Jujur dalam hatiku yang paling dalam, aku berjanji takkan pernah sekalipun meninggalkannya, walau selangkahpun budinya terlalu banyak bagiku. Entah kapan aku harus membalasnya mungkin seluas samudrapun takkan sanggup menyaingi jasanya. Ia sangatlah berarti bagiku, seolah kami bagaikan anak dan ibu. Tidak, tidak hanya kata ibu yang pantas untuknya, ia segalanya bagiku. Walaupun tak setetes darahku mengalir darinya tapi disetiap aku dekat bersamanya aku merasa ada ikatan batin antara kita. Tak mungkin jika semua itu hanya kebetulan semata . namun setelah kejadian itu semuanya hancur aku tak dapat lagi melihat wajahnya yang anggun di mataku.
****
          Kasih sayang yang selalu ia curahkan padaku telah hilang dan sirna diterpa ombak. semuanya telah hancur ….! Itu semua gara-gara aku terlalu bodoh dan menyia-siakan waktu dan begitu pengecutnya diriku. Tak seharusnya aku meninggalkan disaat hal yang mengerikan itu dating. Harusnya aku berjuang menolongnya, tapi aku terlambat justru aku hanya berlari-larian, menjerit tanpa henti tak menghiraukan yang lain. Sampai akhirnya bangunan itu roboh seketika, dan saat itu aku teringat masih ada yang berada didalamnya. Rasanya aku ingin mengutuk diriku sendiri kenapa??? Kenapa aku sebodoh ini ??? bukannya berlari dan menarik tangannya mengajaknya keluar, justru aku malah meninggalkannya. Aku hanya dapat menjerit dan menangis dan menyesali semua ini. Tangiskupun pecah hingga tak henti-hentinya aku menyesali perbuatanku ini.
“Bunda…,bunda.. maafkan aku, aku tak dapat menolongmu dalam peristiwa ini.”
“maafkan aku Bunda..!!!” jeritku tak henti-hentinya menyalahkan diriku sendiri.
          Kenapa nasib ini menimpaku dan bunda saat kebahagiaan menyelimuti hari kami. Dengan tekad yang kuat aku berlari menuju bangunan yang rubuh. Hanya puing-puing dan tembok runtuh yang berserakan disana. Namun sebelum akhirnya aku sampai disana tanganku terasa ditarik oleh seseorang yang melarangku dating kesana.
“jangan nak, jangan kesana. Itu bahaya buat kamu saying !!!” pintanya.
“tapi bu… aku pengen nolong Bunda, bunda kasihan disana!” rengekku padanya. Sambil terus menangis tak henti-hentinya.
“iya Nak Ibu ngerti, kamu pengen nolong bundamu tapi ini masih keadaan darurat, nanti kalau ada gempa susulan. Kamu bisa kenapa-napa sayang !!”pintanya.
****
          Aku hanya terus menangis dan merenungi kejadian ini. Sampai akhirnya Ibu itu membawaku ke posko bencana. Dan aku menuruti apa katanya. Walau sangat berat rasanya meninggalkan bundda sendirian disana. Pasti dia sangat kesakitan. Tidak lama kemudian tim relawan pun mulai berdatangan dan berlarian kesana kemari menolong korban-korban bencana yang mengenaskan. Bencana yang tela merenggut nyawa bundaku orang yang sangat aku sayangi dengan tulus. Yang telah membesarkan aku dan merawatku samapi sekarang ini. Walaupun ia bukan ibu kandungku, tapi kasih sayangnya melebihi apapun. Ia telah merawatku sebagai anak angkatnya. Bersyukurlah aku telah ia rawat dengan kasih sayangnya dan ketulusan cintanya.
          Selang beberapa hari kejadian itu, kami para korban bencana dipindahkan ke provinsi sebelah. Kota kami akan diurus oleh pemerintah untuk dikoordinasikan dan dibangun kembali bangunan-bangunan yang telah roboh dan hancur itu. Hari-hari kulewati dengan terus merenungi dan menyesali kejadian naas itu, penyesalan slalu menyelimuti hatiku. Rasanya aku ingin sekali terjun dari ratusan lantai dan menghantam aspal sampai kepalaku pecah. Aku terlalu frustasi dalam hal ini. Penyesalan dan bayangan Bunda selalu hadir dalam otakku ingatan tentang kisah kami yang penuh keceriaan dulu masih terngiang dalam benakku. Dan aku masih terdiam dalam sepi menyesali yang telah terjadi. Brukk….
“duh.. hati-hati dong kalau jalan!Gimana sihh!” Teriak orang itu.
“maaf..maaf aku tidak sengaja, maaf banget!!!” aku menunduk dan menyesal karena takut.
“makanya lain kali kalau jalan itu liat-liat sekitar dulu, jangan ngelamun!!” Ia terus berbicara sambil memberei buku-buku yang jatuh berserakan.”liat nihh..buku gue jatuh semua, jadi berantakan jadinya!”gerutu dia.
“iya sayakan udah minta maaf sama kamu, saya ngaku salah!!” akupun ikut membantu memungut buku yang berserakan.
“maaf, maaf aja, udah nggak usah gue bisa sendiri!” bentaknya padaku. “lain kali kalau jalan jangan sambil ngelamun lagi, liat-liat.!!”
“iya..iya lain kali saya nggak akan ngulangin lagi. Maaf ya!” pintaku.
“okee.. gue maafin kok. Udah gue buru-buru awas kalau ketemu lagi !! geruru dia.
****
          Kemudian ia berjalan dengan buru-buru, mungkin ia sedang mengejar waktu. Wajar saja jam-jam segini anak-anak SMA sedang bergegas bergegas berangkat sekolah. Sejak kejadian itu aku dan teman-teman sebayaku dari desa belum bisa sekolah kembali, karena sekolah kami hancur dan tak mungkin jika kita harus bergabung dengan sekolah favorit di desa ini. Karna walau terkena gempa sekolah itu tak seluruhnya hancur. Hanya beberapa bangunan sajalah yang roboh. Tapi masih banyak yang layak digunakan.
          Hari demi hari ku jalani tanpa bunda. Bunda yang biasanya perhatikan padaku sekarang tak dapat kurasakan kembali.”Bunda.. apa kabarnya sekarang ? maafin aku ya Bunda. Maafin aku, Dea nggak bisa jagain Bunda dengan baik.”
Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang memanggilku.
“Dea..Dea.. sini dehh !! ada kabar bagus lohh!!” teriaknya. Ia adalah Intan temanku.
“kabar apaan sih tan ?” tanyaku padanya. “katanya dari kita aka nada yang diambil murid di sekolah SMA N 1 Jogja itu, sekolah favorit itu lho. Katanya sih itung-itung buat ngebantu korban bencana gitu. Kan kasian harus ketinggal jauh pelajaran” tuturnya padaku.
“oh.. ya??? Yang bener baguslah semoga kita kepilih ya buat sekolah disana aku pengen banget sekolah lagi kayak dulu bisa belajar lagi kayak dulu. Lagian aku juga bosen dirumah susun ini.” Seolah menghibur diriku.
“iya bener banget Dea aku seneng banget kalau kita sekolah lagi apalagi di sekolah favorit disini!!.”
****
          Setelah berhari-hari berpikir pihak sekolah memutuskan dari beberapa korban bencana diambil 10 murid. Tak terkecuali aku dan Intan ikut juaga terpilih menjadi murid SMA N 1 Jogja. Tapi dengan 1 perjanjian sebelum resmi bergabung menjadi murid. Kita harus sampai lulus, kalaupun desa kami sudah selesai diperbaiki. Kita harus tetap melanjutkan sekolah. Rasanya aku senang sekali, tapi ada juga sedihnya karena jika desaku telah selesai diperbaiki aku harus menunggu sampai lulus SMA untuk bisa kembali ke desa. Aku ingin kembali ke desa tapi aku juga tak punya siapa-siapa lagi disana. Hidup aku sekarang sebatang kara. Jika dulu aku selalu bersama bunda dan sekarang aku kesepian tanpa orang yang aku sayang. Tuhan memang terlalu adil buat hidupku, begitu adilnya sampai seperti ini. Tapi aku tidak boleh terus begini aku harus bangkit dari ketrpurukan ini. Aku nggak mau buat Bunda disana sedih. Aku harus bisa banggain bunda walaupun bukan tidaak ikut jadi saksi disini. Dulu bunda selalu bilang dan berpesan.
“Dea sayang.. kamu harus perjuangin cita-cita kamu setinggi langit. Jangan pernah nyerah dan putus asa buat meraih semua mimpi-mimpimu. Juga jangan pernah lupa berdo’a sam Tuhan. Ingat sayang kamu nggak boleh ngecewain Bunda! ”  kata-kata Bunda yang selalu teringat diotakku sejak aku masih kecil. Ia selalu berpesan untuk selalu belajar dan selalu berjuang untuk mimpiku, karena aku nggak mau nanti aku jadi orang yang berguna di dunia nantinya. Hari-hariku mulai kembali seperti dulu lagi sibuk dengan kesibukan tugas disekolah, meski kini aku tanpa Bunda.
****
          Sampai akhirnya 2 tahun sudah berlalu aku berseklah di SMA 1 Jogja. Masa sekolah yang penuh cerita dimana masa-masa SMA yang penuh canda, tawa, cerita, susah dan kekonyolan tercampur sudah. Memang nggak ada bandingannya masa-masa lainnya. Sampai tiba saatnya pengumuman kelulusan yang dinanti semua siswa tiba. Seketika itu aku mulai cemas dan ragu, karena saat ujian aku sempat jath sakit dan kurang focus dalam belajar. Tiba-tiba detak jantungku bergetar hebat. Deg.. tidak lama kemudian Kepala Sekolah mengumumkan bahwa aku mendapatka beasiswa untuk melanjutkan study ke Amerika.
          Puji syukur terhadap Tuhan ini sungguh luar biasa, walaupun aku bermimpi untuk melanjutkan sekolah tapi tak secuilpun aku pernah membayangkan untuk pergi ke Amerika. Senyumku mengembang seketika bercampur haru, mataku sudah tak sanggup lagi menahan air mata ini yang menumpuk memenuhi pelipuk mataku. Dan tess.. butira air mataku membasahi pipi merahku. Aku terharu dan senang, rasanya tak sanggup lagi bangkit dari kursi yang sedang aku duduki sekarang sebelum pengumuman di mulai tadi. Seolah tubuhku bergetar. Saat aku terlintas di ujung sana terlihat Bunda tersenyum manis padaku. Dan seolah ia ingin berkata bahwa”Kamu hebat Dea.. kamu memang hebat saying, kamu memang anak Bunda yang paling hebat dan Bunda bangga dengan semua pencapaian kamu.” Ingin rasanya aku berlari dan memeluk Bunda di ujung sana,”Aku rindu Bunda, aku sayang Bunda, Dea sudah berhasil Bunda perjuangan Dea selama ini nggak sia-sia.” Dea selalu ingat apa pesan Bunda pada Dea. Sorak-sorak ramai para siswa-siswi membuyarkan lamunanku, aku tersadar bahwa di ujung sana hanya bayangan Bunda. Tak mungkin Bunda bisa hidup kembali dan dating di kelulusanku. Itu sangatlah mustahil.
          Suara Kepala Sekolah menyuruhku maju ke depan untuk penyerahan piagam dan piala atas keberhasilanku.
“dipersilahkan untuk Ananda Nandea Azahra dari kelas IPA 1 untuk maju ke depan menerima penyerahan piagam dan piala dari sekolah!!” tuturnya padaku.
“selamat ya Dea, sukses selalu kedepannya!! Raih cita-cita dan mimopimu setinggi langit.” Sambut pak Kepala Sekolah sambil menjabat tanganku.
“ terimakasih Pak, ini adalah anugrah terindah bagi hidup saya, yang say dapatkan dari Tuhan.” Ucapku senang.
****
          Terimakasih Tuhan aku tak bisa berkata apapun selain hanya bisa mengucap syukur kepad-Mu. Bunda pasti melihat aku sekarang bisa mendapatkan lebih dari apa yang aku bayangkan. Tuhan memang selalu baik kepada semua umatnya. Tuhan tidak pernah memberikan hal yang sia-sia dan tak berguna, asalkan ada kemauan keras dan usaha yang sebanding. Bunda.. ini semua buat Bunda disana, semoga Bunda tenang dan bahagia disana.
****
          Acara kelulusan berlangsung meriah, dan tidak terasa sudah selesai. Semua siswa berhamburan saling mengucapkan selamat pada teman-temannya. Tak terkecuali aku aku masih tak percaya dengan semua ini yang telah terjadi padaku. Ini memang sungguh kejutan untukku yang tak pernah aku lupakan, karena aku tau pasti persaingan di sekolah ini memang tidak segampang membalikkan telapak tangan dengan mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras. Namanya juga merupakan sekolah favorit jadi wajar bila setelah pulang sekolah sampai di rumah badanku terasa letih dan lemas. Lalu kurebahkan tubuhku dikamar yang mungil yang selama ini aku jadikan sebagai tempat tinggal selama kau sekolah di SMA N 1 Jogja. Rumah kos pemberian dari pihak sekolah untuk sementara  ditempati aku selama sekolah disini.
          Tiba-tiba aku terbesit dalam pikiranku mengingat saat kemarin aku ingin kembali ke desa asalku. Sebelum pergi aku mampir ke makam Bunda, aku menyempatkan menengok kembali keadaan rumah tempat tinggalku bersama Bunda dulu. Kenangan indah itu kembali terngiang dikepalaku tak ingin rasanya melepaskan masa-masa indah itu. tapi takdir berkata lain Tuhan telah menjemput Bunda dari hidupku. Aku terkejut saat aku melihat banguna rumahku telah diperbaiki dan dibangun dengan sangat apik. Namun saying kini dirumah itu tak seapik dulu, karena di dalam rumah itu kini sudah dihuni oleh keluarga lain. Entah siapa dan darimana asalnya.
****

THE END

Biarkan Aku Yang Pergi

KARYA : Quznul Fauzia Alfionita

Biarkan Aku Yang Pergi

M
alam yang sejuk mengiringi kesepianku. Angin malam berhembus pelan melewati jendela kamarku. Serta sinar rembulan yang memancarkan terangnya menebus bumi nan indah ini. Menemaniku yang tengah sendiri menatap indahnya bumi. Sebagai teman paling setia di kesendirianku dalam ketidakadilan ini.
“Oh Tuhan, kapan semuanya akan berubah?” tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
“pasti Bi Inah.” Tebakku
“iya, sebentar!” sahutku sembari berjalan dari serambi kamar.
“Maaf den, waktunya makan malam. Yang lain sudah ngumpul dibawah.” Ucap Bi Inah saat pintu kamarku terbuka.
“ok, bi Ridho  juga udah lapeer banget.” Candaku padanya.
          Bi Inah adalah seseorang yang merawatku sejak lahir. Bagiku, ia sudah seperti Ibu kandungku. Dirumahku, hanya Bi Inah yang peduli dengan keadaanku. Disaat aku sakit, hanya ia yang selalu repot menyiapkan obat, hanya ia yang selalu tahu betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Rizki . Hanya ia yang tahu betapa aku ingin seperti kak Rizki , saudara  kembarku. Dia yang sangat pintar dan selalu disayang dan dipuji mama dan papa akan kehebatannya. Sedangkan aku sebaliknya. Bahkan mereka tidak pernah menganggap aku sebagai anak kandungnya sendiri.
****
 “wah ada ayam bakar nih. Heem maknyus” ucapku seraya menduduki kursi favoritku.
“dasar gak sopan jadi anak…” sindir Ayah padaku.
“makanya, jangan nyerocos aja dong jadi orang itu.” Timpal kakakku, Refo.
“iya Ridho , kamu duduk dulu baru ngomong, kan ada Papa sama Mama disini. Jadi sopan dikit dong. Dasar anak nggak tau diri!!” Tambah Kak Rizki .
“iya Ridho , betul tuh kata Rizki . Contoh dia. Sopan dikit kenapa sama orangtua, Dasar anak nggak tau malu!!” Tambah Ibu lagi.
ok, aku pergi. Silahkan makan!!” ucapku dengan sinis.
          Akupun segera naik menuju kamarku tanpa sedikitpun menyentuh makanan disana. Padahal sebenarnya maagku kambuh dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.
****
Matahari menjelma masuk kedalam kamarku yang pemiliknya masih tertidur lelap. Hingga aku terbangun karena silaunya sinar yang menerpa mataku.
“hummh, udah pagi to” ucapku pada diri sendiri, Aku bergegas mandi dan memakai pakaian sekolahku. Dengan seragam yang lengkap. Pagi ini, aku tak ingin sarapan. Aku hanya mengunjungi Bi Inah yang ternyata sedang menyiapkan bekal untukku.
“makasih ya Bi, Ridho  sayang Bibi.” Ucapku dengan tulus padanya
“iya den, Bibi juga sayangg banget sama den Ridho , semangat ya Den sekolahnya.” Sahut Bi Inah menyemangati.
          Setibanya disekolah, aku segera menuju ruangan tempatku ulangan. Jadwal hari ini adalah Matematika dan Bahasa Inggris. Pelajaran menghitung yang sangat menyebalkan untukku. Karena aku tak seperti kak Rizki  yang jago menghitung. Dugaanku tepat, soal kali ini susahnya minta ampun. Hingga kertas ulanganku hampir tak terisi. Namun kalau Bahasa Inggris, inilah kehebatanku. Semua soal dapat kukerjakan dengan mudah. Karena sejak kecil aku sudah sangat hebat berbahasa inggris. Seperti Om Frans dan Tante Siska yang semasa di Jakarta sangat menyayangiku jauh lebih besar dari orang tua kandungku. Namun kini mereka telah pindah ke Amerika dengan anaknya, Salsha.
****
          Waktu seakan berjalan dengan sungguh cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan, aku dan kak Rizki  berbeda kelas dan sekolah. Kalau aku masih berada dikelas satu SMA, sedangkan ia sudah berada dikelas dua. Semua terjadi karena aku pernah tak naik kelas sewaktu di Sekolah Dasar. Kalau kak Rizki  sengaja Papa sekolahkah di sekolah terfavorit di Jakarta, sedangkan aku bersekolah di SMA yang didalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami. Karena nilaiku tak sehebat nilai kak Rizki  dan Kak Refo. Mereka memiliki IQ yang jauh lebih tinggi daripada aku.
“Pa, ambilin raport Ridho  ya.” Pintaku
“Papa sudah janji sama Rizki  kalau Papa yang akan mengambilkan raportnya. Kalian kan beda sekolah.” Jawab Ayahku.
“Ma, ambilin raport Ridho  ya!” pintaku lagi pada Mama.
“Mama udah janji sama Refo ngambilin raportnya, dia kan sudah kelas tiga jadi harus diwakilin.” Jawab Mama.
“oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa.
          Aku hanya bisa menangis sendirian di dalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terakhir adalah Bi Inah. Dan tentu saja ia sangat mau mengambilkan raportku.
“Gimana bi hasilnya?” tanyaku dengan penasaran
“Den Ridho  juara 1 den.” Ucap Bi Inah dengan semangat.
“hah? Beneran bi?” sahutku tak kalah semangat. Sponyan aku memeluk Bi Inah erat.
Ternyata usahaku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak Rizki .
****
Setibanya dirumah, semua orang yang sedang tertawa ria melihat hasil belajar kak Rizki  dan kak Refo menjadi terdiam disaat kedatanganku dan Bi Inah.
“gimana hasilnya Dho?, pasti jelekkan.” Ucap kak Refo menyindirku.
“gak ko, aku juara 1.” Ucapku dengan semangat.
“alahhh, juara 1 disekolahmu pasti juara terakhir dikelas Rizki,hahaha.” Ledek Ayah padaku.
          Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak penah dihargai sama sekali. Dengan sangat kecewa aku berlari menuju kamarku, kuratapi semua ketidak adilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua haripun tak ada yang peduli. Semua orang dirumah hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak terkecuali Bi Inah yang hampir setiap jam membujukku untuk keluar. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari yang biasanya.
“oh Tuhan, kuatkan aku!” pintaku
          Dihari ketiga aksi diamku dikamar, tiba-tiba rumahku terdengar sebuah suara yang sangat kukenal. Ternyata hari ini, keluarga Om Frans sudah tiba di Jakarta untuk berlibur bersama keluarga kami.
“Salsha? Aku merindukanmu.” Ucapku dengan tertunduk lesu dikamar.
          Aku keluar kamar untuk menemuinya, namun ternyata ia sudah berubah dan tak peduli lagi padaku. Semuanya benar-benar berubah, dan kini janjinya ia ingkari untuk menemuiku. Penantianku sia-sia, semua orang telah membenciku dan menjauhiku. Aku sendirian dirumah, Bi Inah pulang kekampung karena anaknya sakit. Sedangkan yang lain sedang makan malam dihotel. Dan aku? Tertinggal disini.
****
          Aku hanya makan dan terus memasukkan roti berselai srikaya kemulutku. Sedangkan yang lain asyik berbincang-bincang dengan topic kak Rizki  dan Salsha. Yang aku tahu, mereka terus membanggakan dua orang yang berprestasi tersebut. Hingga Om Frans dan Tante Siska juga turut berubah padaku. Semua orang mengucilkanku disini. Sesudah sarapan pagiku habis, aku segera pamit menuju taman belakang yang ternyata disana ada kak Rizki  dan seseorang yang sangat aku sayangi, Salsha. Disana, aku sedang melihat kak Rizki memberikan setangkai mawar pada Salsha dengan penuh cinta. Ternyata mereka sudah jadian dan aku tahu, bahwa Salsha telah melupakanku.
****
          Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini, pertandingan karateku akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayang tak ada yang mau hadir disini. Semuanya memilih hadir dilomba kak Rizki , olimpiade sains. Walau sedikit kecewa, akan kubuktikan bahwa aku adalah Ridho  yang hebat dan kuat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara satu dipertandingan karate nasional yang diadakan di Jakarta.
“kita panggil, juara nasional karate tahun ini. Ridho Syafaruddin dari Jakarta.” Panggil pembawa acara.
Dengan diiringi tepuk tangan meriah, ku naiki podium kebesaranku, dan kurasakan aku sangat dihargai disini dengan perasaan bangga dan senang, meskipun keluargaku tak menyaksikannya.
****
          Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilan dan piala lomba karateku diruang tamu, namun disaat kedatangan kak Rizki dan yang lainnya, kulihat kemurungan wajah mereka disana. Dan setelah melihat foto keberhasilanku, kak Rizki  malah menangis dan berlari menuju kamarnya.
“kamu sengaja meledek Rizki yaa.. ?” Tanya Papa dengan sinis.
“gak pa! maksud Papa apa sih??” tanyaku tak mengerti.
“Rizki kalah dalam Olimpiadenya, sedangkan kamu malah menyombongkan diri dengan memajang fotomu diruang ini. kamu tahu kan bahwa diruang ini hanya foto-foto keberhasilan Rizki dan piala-piala Rizki yang boleh menempatinya. Bukan kamu!!! baru ikut lomba sekali trus menang aja bangga. Huhhh ” Jawab Papa jengkel dan marah dan meninggalkanku, yang membuatku sangat kecewa.
“Lepas Fotomu sekarang, nggak pantes kamu ada disini !” ucap Mama dengan agak ketus padaku.
          Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang sejak dulu selalu ku inginkan. Karena aku selalu iri disetiap kak Rizki, kak Rizki terus yang dipuji dan disanjung oleh papa dan mama, serta semua tamu yang pernah berkunjung kerumahku. Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidak adilan.
****
          Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Rizki  menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya yang sangat tertekan karena ia kalah di olimpiade. Yang kutahu, saudara  kembarku ini terlihat lemah dari yang biasanya.
“Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisin terus.” Ucapku menyemangati.
“udahlah Dho, kamu senang kan ngeliat aku kaya gini? Kamu senang kan ngeliat aku kalahkan..?” jawabnya dengan menangis.
“gak kak, gak. Aku gak pernah ada niatan kaya gitu.” Sahutku.
“udahlah, pergi kamu dari kamarku, pergi…” ucapnya terpotong karena akhirnya ia terjatuh tepat didepanku.
“Pa, Ma, tolong kak Rizki . Kak Rizki  pingsan Pa!” beritahuku
“apa? Kamu apain dia?” Tanya Papa sinis padaku.
“astagfirullahallazim aku, aku gak ngapa-ngapain dia pa.” sahutku dengan menyembunyikan kesakitanku.
“pasti penyakitnya kambuh lagi pa, ayo cepat kita bawa kerumah sakit.” Ucapku pada Papa.
****
          Hari ini tepat seminggu sebelum ulang tahunku dengan kak Rizki. Aku takut kehilangannya, saudara  kembarku yang sangat aku sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu, kini ginjalnya hanya satu, setelah setahun yang lalu satu ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku masih mempunyai dua ginjal.
“hanya saudara  kembarnya yang ginjalnya cocok dengan Rizki. Jadi usahakan dengan secepat mungkin diadakan pencangkokan ginjal Pak” kata dokter pada Papa.
          Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi kak Rizki. Semuanya memintaku untuk mendonorkan satu ginjalku padanya. Niatku memang sudah bulat bahwa aku akan mendonorkan kedua ginjalku pada kak Rizki, tapi aku tak ingin ada yang tahu semuanya. Karena aku tidak mau mereka akan menyayangiku karena bersimpati denganku yang telah memberikan satu ginjal pada saudara ku. Aku hanya ingin kasih sayang tulus dari mereka, entahlah bagaimana caranya agar aku mendapatkannya.
“ah sudahlah Ridho, kamu memang saudara  yang kejam. Hanya menyumbangkan satu ginjal saja tidak mau. Untunglah ada seseorang yang baik hati yang mau menyumbangkannya pada Rizki.” Ucap Papa. Ridhopun hanya terdiam dan terpaku, menahan rasa sakit hati dan menangis di dalam hatinya.
“aku kecewa sama kamu Ridho, tega ya kamu sama kakak kamu sendiri.” Ucap Salsha dengan kecewa padaku.
“siapa yang mendonorkan ginjalnya Pa?” Tanya kak Refo.
“entahlah, pendonor itu tidak mau diberitahu namanya. Bahkan ia memberikan dua ginjalnya dengan gratis pada Rizki. Dia benar-benar berhati malaikat.” Jawab papa.
“andaikan kalian tahu kalau itu aku? Apakah aku akan diberi penghargaan dari Papa?” gumamku dalam hati.
****
          Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan ginjal dilakukan, sebelum operasi dimulai aku menulis sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah, aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Orang yang tidak pernah menganggapku ada di dunia ini. Rasanya, aku sudah sangat lelah dengan semua beban hidupku sendiri.
          Dan meninggalkan semuanya dengan keadaan pilu ini. Sesudah selesai ku tulis semua kenangan dan harapanku selama ini untuk mereka, surat itu kutitipkan pada Bi Inah. Bi Inah hanya menangis pasrah mendengar semua ceritaku bahwa aku akan pergi meninggalkan Bi Inah yang sudah aku anggap sebagi ibu kandungku sendiri. Akupun berangkat menuju rumah sakit untuk segera menjalani operasi.
@ ruang operasi
Ruang ini terasa begitu menakutkan dan aku pasrah dengan semua ini. Tapi ini sebuah demi keluargaku yang aku sayang, walaupun mereka tidak pernah menganggap aku sebagai anakknya. Semua benda yang kulihat hanyalah jarum suntik dan gunting. Alat-alat yang terlihat menakutkan bagiku. Aku dibawa lebih dulu keruang ini, agar tidak ada yang tahu siapa aku sebenarnya. Posisiku dan kak Rizki  dipisahkan oleh dinding pembatas. Hingga akhirnya aku dibius, dan kurasakan semuanya gelap.
****
Seminggu kemudian. . . .
“akhirnya kamu sembuh juga sayang. Mama khawatir banget sama kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor yang baik hati itu, yang mau mendonorkan ginjalnya untuk kamu sayang.” Ucap Mamanya dengan penuh kasih sayang.
“Dan Happy Birthday Rizki, Selamat ya …” ucap semua orang serentak.
“Makasih ya semuanya. Aku senanggg banget. Oya, Ridho  mana ya Ma? Gak tau kenapa Rizki kepikiran dia terus. Hari ini kan ulang tahun kami.” Sahut Rizki .
“iya ya..? Mana dia Bi?” Tanya Ibunya pada Bi Inah.
“sebelumnya Bibi minta maaf sama kalian semua, sebenarnya ada surat yang dititipkan buat nyonya dari den Ridho.” Jawab Bi Inah sambil menangis sesegukan, lalu berlari menuju kamar Rizki .
Dan beberapa menit kemudian sudah tiba dengan membawa sepucuk surat.
“ini surat dari Den Ridho  sebelum pergi.” Beritahu Bi Inah.
Walau agak heran, Ibunya pun membacanya dengan agak keras.
Untuk semua orang yang sangaaat Ridho  sayangi….
Mungkin saat kalian baca surat ini Ridho udah nggak ada lagi disini. Ridho  udah pergi ketempat yang saangaat jaauh dan Ridho sudah tenang. Oya, gimana kabar kak Rizki ? udah baikan kan??  Gak sakit lagi kan? Semoga kedua ginjalku dapat membantumu untuk meraih semua mimpi-mimpimu yang belum terwujud. Dan segala prestasimu. Banggain Mama dan Papa ya Kak. Jangan pernah kecewain mereka, dan terus sayangi mereka.
Teruntuk PAPA yang SANGAT KURINDUKAN DAN RIDHO SAYANGG
Gimana Pa? rumah kita udah tenang belum? Gak ada yang gak sopan lagi kan? Oh pasti gak ada dong ya? Ya iyalah, Ridho  si pembuat onar kan udah gak ada lagi. Pa, Ridho sebenarnya sayang sama Papa dan Mama sama semua kakak-kakak, Ridho selalu iri lihat kebahagian kalian setiap kumpul, tetapi Ridho dianggap seakan-akan nggak pernah ada di keluarga. Tapi sekarang Papa dan semuanya pasti lebih leluasa dengan semua ini. Karena Ridho udah nggak ada, dan nggak akan nganggu kalian. Untuk Papa khususnya, Ridho sayang bangettt sama Papa…
Teruntuk MAMA yang SANGAT-SANGAT RIDHO RINDUKAN
Ma, Ridho  pasti akan sangat rindu dengan mobil-mobilan pemberian Mama waktu kecil dulu. Ma, Ridho  kangeeen banget pelukan Mama dulu. Ridho  selalu iri saat Mama hanya menyanjung kak Rizki  disaat ia berhasil atau menang dalam segala perlombaan. Ridho  iri melihat Mama yang selalu menyemangati kak Rizki  disaat ia sedang sedih dan terpuruk. Ridho  iri dengan semua perhatian yang Mama berikan pada kak Refo dan kak Rizki . Ridho  sangaat iri. Tapi Ridho sayang sama Mama. Dan sampai kapanpun RIDHO Bakal sayang sama kalian semuaa…
Teruntuk KAK REFO dan saudara kembarku, RIZKI SYABRUDDIN
Gimana kak, gak ada lagi kan yang ganggu kalian belajar? Gak ada lagi kan yang nyetel music keras-keras dikamar??? Pasti rumah kita tenang ya, pastinya gak akan ada lagi yang akan membuat kalian malu karena punya saudara  yang bodoh seperti aku bukan? Oh, pastinya. Oya, SELAMAT ULANG TAHUN YA KAK RIZKI, SELAMAT MENJALANI UMURMU YANG KE-17 TAHUN. Semoga panjang umur, dan selalu disayang mama dan papa terus yaa.. Yang mungkin takkan pernah aku rasakan. Jaga kesehatan baik-baik ya Kak.. dan Ridho disini juga berdo’a mudah-mudahan kak Rizki baik terus sama Salsha. Titip jagain Salsha ya kak. Sampaikan salam terakhir Ridho buat Salsha kalau Ridho sayang sama dia. Tapi jangan pernah buat dia nangis, Ridho nggak pengen liat dia nangis …
Teruntuk Bi Inah yang aku sayangi,
Makasih ya Bi buat semuanya yang telah Bibi lakukan selama ini buat Ridho, yang udah Ridho anggap ibu kandung Ridho sendiri. Yang selalu setia sama Ridho dari Ridho kecil sampai sekarang. Maaf Bi Ridho nggak bisa balas semuanya sama Bibi, yang sudah Bibi lakukan selama ini. Ridho minta tolong sama Bibi jaga mereka dengan baik ya, seperti Bibi menjaga Ridho dari kecil. Ridho minta maaf kalo Ridho udah ngrepotin Bibi selama ini. Ridho sayanggg Bibi…
Kalian semua harus tau, betapa AKU SANGAT MENYAYANGI KALIAN. Mungkin dengan kepergianku ini, semuanya akan tenang dan rumah kita menjadi tentram. Ridho  harap, gak akan ada lagi yang terkucilkan,terhina seperti Ridho . Yang selalu menangis setiap malam. Meratapi semua nasib yang telah Ridho rasakan selama ini. Yang ingin  selalu merindukan hangatnya kekeluargaan. Mungkin dengan kepergian ini, aku akan tahu bagaimana kalian akan mengenangku, seperti aku yang selalu mengenang kalian setiap malam dengan tangisan. . . Semoga KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA RIDHO , AAMIIN… Selamat Tinggal SEMUAAAAA… Ridho SAYANGGGG KALIANNN SEMUA!!!!!!!! I LOVE YOU ALL…
Salam rindu penuh tangis bahagia,                                             
Ridho Syafaruddin
Semua yang mendengar menangis. Mereka bertanya-tanya pada Bi Inah dimana Ridho . tetapi Bi Inah hanya tertunduk diam dan menangis. Namun tiba-tiba telepon rumah berbunyi..
“iya, saya Hermawan, ada apa ya?” Tanya Papanya dengan penasaran.
“saya hanya ingin memberitahu bahwa yang mendonorkan ginjalnya kepada anak bapak adalah saudara kembarnya sendiri yaitu Ridho Syafaruddin!.”kata Dokter ditelepon tersebut
          Dan sesaat kemudian Papanya menangis dan segera mengajak anggota keluarganya ke Rumah sakit. Namun mereka terlambat, Ridho  telah pergi untuk selama-lamanya. Dan meninggalkan berjuta penyesalan disetiap tangis yang jatuh. Kini, ia telah tenang dan jauh dari ketidak adilan selama hidupnya selama ini. Walau air mata tengah menangisinya yang telah pergi untuk selama-lamanya.....
****

TAMAT